Pukul tiga pagi di area parkir desa sembungan
sudah ramai pengunjung. Ini adalah desa tertinggi di pulau jawa. Belasan orang menderap jalan setapak mendaki, demi menyaksikan sang surya muncul di ujung horison.
Nyala lampu senter sepanjang perjalanan menuju puncak bukit bak kunang-kunang yang menyinari lebatnya hutan. Sesekali saya berhenti karena napas terasa sesak, jemari pun terasa beku menahan dingin udara dini hari. Akhirnya setelah satu jam perjalanan menanjak, saya tiba di ujung bukit. Letih dan dingin yang menusuk tulang seakan tak terasa, terbayar dengan pemandangan yang membuat
lidah berdecak.

Desa penghasil kentang ini berada di ketinggian 2000 meter dari
permukaan laut. Di sini, temperatur bisa
menyentuh nol derajat celcius dan menyisakan embun beku di dedaunan.
Terpaan cahaya matahari di
kala fajar menyingsing menjadi pemecah kebekuan. Dari puncak sikunir kita bisa saksikan bentang alam yang memikat. Gunung Sindoro dan Sumbing, dua paku bumi yang
tepat berada di tengah pulau jawa jadi penyejuk mata.
Kalau para dewa memilih
bersemayam di dieng, maka pantas bila orang menyebut dataran tinggi ini
adalah negeri di atas awan.
Lambat laun matahari mulai meninggi, menerangi bukit yang penuh dengan manusia. Eksotika sunrise berganti wajah telaga cebong yang tak kalah memikat. Deretan perkampungan, seakan melambaikan keramahan khas pulau Jawa.
Telaga Warna nan mempesona
Di kawasan yang sama, tak
jauh dari sikunir kita juga bisa menyambangi telaga warna.Telaga warna merupakan telaga
terbesar di kawasan dataran tinggi dieng, disebelahnya juga terdapat telaga
pengilon yang tak kalah menarik.


Keramahan dan kehangatan
penduduk di daerah sejuk ini meninggalkan kesan tersendiri bagi pengunjung. Di sini, pintu rumah
penduduk selalu terbuka bagi siapapun yang datang.
Kawasan Candi Arjuna Cikal Bakal Peradaban Jawa
Bagi para wisatawan yang datang mengunjungi dataran tinggi
dieng, kawasan candi arjuna jadi pilihan selain panorama alam yang disuguhkan.
Di sini pengunjung bisa belajar tentang sejarah peradaban jawa kuno yang pernah
berjaya di bumi nusantara.
Saat ditemukan oleh arkeolog berkebangsaan belanda ditahun
1814, kondisi candi hindu ini sangat memprihatinkan, karena tergenang oleh air
dan nampak seperti danau. Hal ini dikatakan Mohson, staff dinas pariwisata yang mendampingi saya. "Baru tahun 1856 itu
ahli arkeologi dari belanda mengadakan pengeringan danau yang ada di sini.
Beliau membuat terowongan air yang disebut gasiran aswatama untuk mengeringkan
danau yang ada di sini hingga sampai sekarang candi-candi di sini kita bisa
melihatnya.” jelas mohson.
Kawasan candi arjuna merupakan peninggalan kerajaan hindu
yang mahsyur di abad ketujuh. Dibawah kekuasaan Rakhe kayu wangi yang bergelar
Sri maharaja rakhe kayu wangi dyahlokapala.
Di kompleks Candi Arjuna terdapat beberapa candi, diantaranya candi arjuna, candi srikandi, candi puntadewa, candi sembadra dan candi semar. Di depan candi arjuna terdapat candi semar yang fungsinya berbeda dengan candi lainnya. Candi semar merupakan candi perwara yang mendampingi candi arjuna.
Di Kawasan ini Saban tahun di gelar festival budaya dengan nama 'Dieng Culture Festival'. Dan yang menarik adalah upacara pemotongan rambut gimbal.
Di Kawasan ini Saban tahun di gelar festival budaya dengan nama 'Dieng Culture Festival'. Dan yang menarik adalah upacara pemotongan rambut gimbal.
No comments:
Post a Comment