Destinasi




PESONA KRAKATAU , SANG LEGENDA


Perlahan perahu milik balai konservasi sumber daya alam yang kami tumpangi bergerak meninggalkan dermaga canti di kabupaten lampung selatan. Riak ombak yang kala itu sedang tinggi membawa kami melaju menuju salah satu kawasan gunung legendaris di dunia. Ya…cagar alam krakatau.

Butuh waktu lebih dari tiga jam untuk sampai ke kawasan cagar alam krakatau. Sebelum tiba di kawasan ini, kami sempat singgah di pulau sebesi. Pulau terdekat dan aman untuk para wisatawan bisa menyaksikan keindahan  anak krakatau dikala erupsi.

Pulau sebesi masuk dalam wilayah kabupaten lampung selatan. Gerbang selatan pulau sumatera yang juga menjadi akses masuk menuju krakatau selain dari Provinsi Banten. 

Pemerintah kabupaten lampung selatan lewat dinas pariwisata, terus mengembangkan potensi pulau sebesi. Bahkan ke depan pulau yang jadi langganan para peneliti luar negeri dan lokal, akan memiliki tempat penginapan yang representatif bagi para wisatawan yang datang, tentunya dengan fasilitas penunjang lainnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan, Yansen Mulia mengatakan, Pulau Sebesi dulu sebagai tempat transit orang yang hendak berkunjung ke Krakatau, tetapi sekarang pulau sebesi akan di buat sebagai tempat hiburan. Rencananya di situ akan dibangun fasilitas seperti flying fox, out bound, volley pantai , dan tempat menginap yang layak. Ditambahkannya, untuk kuliner yang disajikan kepada wisatawan adalah kuliner yang memenuhi syarat, jadi kalau orang berkunjung ke sana kira-kira tidak kelaparan dan berbagai macam makanan kita bisa sajikan seperti di darat, ujar yansen.

Usai menengok sejenak pulau sebesi, kami melanjutkan perjalanan menuju anak gunung krakatau. Dari pulau sebesi butuh waktu satu jam untuk mencapai cagar alam krakatau.

Kepulan asap putih yang keluar dari lubang kaldera sudah nampak dari kejauhan. Itulah anak gunung krakatau yang muncul kurang lebih 40 tahun pasca meletusnya gunung induk krakatau atau rakata.

Krakatau dan legenda letusan

Pembentukan kawasan ini pada masa prasejarah di awali dengan gunung api besar yang disebut gunung krakatau besar, yang menurut  teks Jawa kuno berjudul pustaka raja parwa meletus  tahun 416 masehi. Dan menyisakan tiga pulau yakni pulau panjang sertung dan rakata.

Gunung krakatau atau rakata pernah meletus pada tahun 1680 lalu pada tahun 1880, gunung perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu tidak ada lagi aktivitas vulkanis di krakatau hingga 20 mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada gunung krakatau.

Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di selat sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 agustus 1883. Letusan krakatau yang maha dasyat inilah yang membuat gelap sebagian bumi. Kekuatannya setara 150 megaton tnt, lebih 10.000 kali kekuatan bom atum yang meluluh lantakkan hirossima dan nagasaki di jepang. Letusan ini melenyapkan pulau dan memicu  dua tsunami dengan tinggi 40 meter.

Simon winchester seorang ahli geologi, dalam bukunya krakatoa: the day the world exploded, august 27, 1883 mengatakan bahwa jumlah korban akibat letusan mencapai 120 ribu jiwa.

Menapaki anak krakatau seperti menapaki sejarah panjang peradaban Jawa dan Sumatera. Dan untuk bisa masuk kawasan ini anda diwajibkan  memiliki surat izin memasuki kawasan konservasi atau simaksi. Simaksi bisa di dapat jika anda sudah melapor ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung. Biasanya saat mendarat anda akan diminta menunjukan simaksi di pos bksda.

Namun jika anda hanya ingin melihat krakatau dari kejauhan, anda tak perlu lapor untuk memperoleh simaksi.

Mendaki Anak Krakatau

Bersama dua orang petugas BKSDA yang mendampingi, saya mulai menjejaki jalur pendakian untuk menengok anak krakatau lebih dekat.  Tinggi anak krakatau hanya 300 meter dari permukaan laut (mdpl). Memang tidak tinggi, namun cukup melelahkan. 

Dari bibir pantai hingga ke titik terdekat menuju puncak hanya memakan waktu 30 menit. vegetasi hutan hanya di areal dekat pantai hingga sejauh 200 meter saja. Selebihnya adalah lautan pasir akibat lontaran material vulkanik. sepanjang jalan, kita akan temukan bebetuan bekas lontaran erupsi, tapi anda harus waspada takut-takut material vulkanik bisa mengenai anda.

Jangan lupa memakai sepatu dan membawa masker saat mendaki. Batuan yang anda pijak masih terasa panas. Dan debu yang terbawa angin bisa merepotkan pernapasan anda. Jangan mimpi bisa mencapai puncak gunung anak krakatau, karena petugas BKSDA akan melarang anda. Jadi anda hanya diperkenankan sampai punggung bukit di ketinggian 200 mdpl, cukup dekat dengan puncak.

Pemandangan laut lepas dan jejeran pulau sertung serta pulau panjang jadi penyejuk mata. Ah....sungguh beruntung mendapatkan panorama yang indah dari sini. Kedua pulau itu juga pulau legendaris yang terbentuk akibat letusan ratusan tahun lalu.






No comments:

Post a Comment